1. Nasi Aking
Sejenis makanan yang berasal dari sisa-sisa nasi, bekas, tak termakan, lalu dibersihkan dan dikeringkan di terik matahari. Nasi aking biasanya dijual sebagai makanan unggas. Tetapi belakangan masyarakat pun mulai mengonsumsi nasi aking. Nasi aking bukanlah makanan yang layak dikonsumsi manusia; berwarna coklat dan dipenuhi jamur. Namun, masyarakat kelas bawah menjadikannya sebagai makanan pokok pengganti nasi karena tak mampu membeli beras. Untuk menghilangkan bau, nasi aking terlebih dahulu dipisahkan dari kotoran, dicuci, dijemur, lalu diberi kunyit untuk mengurangi rasa asam akibat jamur yang tertinggal. 2. Tiwul atau Thiwul
Makanan pokok pengganti nasi beras yang dibuat dari ketela pohon atau singkong. Penduduk Pegunungan Kidul (Pacitan, Wonogiri, Gunung Kidul) dikenal mengonsumsi jenis makanan ini sehari-hari. Tiwul dibuat dari gaplek. Sebagai makanan pokok, kandungan kalorinya lebih rendah daripada beras namun cukup memenuhi sebagai bahan makanan pengganti beras. Tiwul dipercaya mencegah penyakit maag, perut keroncongan, dan lain sebagainya. Tiwul pernah digunakan untuk makanan pokok sebagian penduduk Indonesia pada masa penjajahan Jepang.3. Gaplek
Makanan yang diolah dari umbi ketela pohon atau singkong. Prosesnya sangat mudah; umbi singkong yang telah dipanen kemudian dikupas dan dikeringkan. Gaplek yang telah kering kemudian bisa ditumbuk sebagai tepung tapioka yang bisa dibuat bermacam-macam kue. Tepung tapioka dari gaplek selanjutnya bisa dibuat menjadi nasi tiwul yang gurih. Nasi tiwul sangat populer di masyarakat yang hidup di Pegunungan Kidul yang memanjang dari Gunung Kidul di Yogyakarta sampai kawasan kabupaten Pacitan. 4. Nasi Jagung
Nasi jagung (Nasek empog) terdiri dari nasi putih yang dicampur dengan biji jagung yang telah dimasak bersama dengan nasi tersebut. Nasi jagung sama dengan nasi putih biasa dimakan dengan lauk-pauk lainnya5.Angin dan Harapan yang Bias
Poin ini bukanlah makanan seperti empat poin di atas yang dapat dinikmati dan dikecap oleh lidah. Angin adalah ketika mereka orang miskin bahkan tidak mendapatkan dan merasakan makanan yang masuk ke dalam mulut mereka, akibat tidak memiliki pekerjaan dan hidup hanya bermodalkan belas kasihan masyarakat di sekitarnya. Harapan bias adalah ketika mereka dapat makan untuk beberapa bulan ke depan dengan harapan adanya kehidupan lebih baik di kemudian hari, yang diucapkan oleh pejabat-pejabat daerah yang mengunjungi mereka. Namun tidak kunjung terwujudkan, bahkan dalam jangka beberapa kali pemilihan umum. Sumber:http://kask.us/9931752